Breaking News

LKIM-PENA UNISMUH: Penanaman Bibit Mangrove di Wilayah Tanakeke Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan

SULSEL.KOMINFO.CO.ID
Takalar - Lembaga Kreativitas Ilmiah Mahasiswa Penelitian dan Penalaran (LKIM-PENA) mengadakan aksi penanaman bibit mangrove di kawasan Tompotana Kepulauan Tanakeke pada 8 Juli 2024. Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan serta memperkuat ekosistem mangrove di wilayah Tanakeke yang kian menyusut.

Pelestarian mangrove ini penting dilakukan dalam rangka menghadapi climate change serta memitigasi bencana di wilayah pesisir terkhususnya Pulau Tanakeke. 
"Konservasi mangrove efektif untuk menahan abrasi dan ekosistem laut. Keberadaan mangrove tentu saja akan membantu mencegah pemanasan global atau efek rumah kaca yang dapat berimbas pada perubahan iklim yang esktrim." Tegas Roslinda, Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan LKIM-PENA.

Hutan mangrove di Tanakeke saat ini telah mengalami degradasi akibat alif fungsi lahan. Salah satu warga Tompotana menyebutkan "Dulu mangrove di Tanakeke itu banyak sekali sampai ada sekelompok orang yang datang ke sini sosialisasi mengajak mengubah hutan mangrove jadi tambak udang supaya jumlah udang semakin banyak apalagi harganya mahal. Akhirnya kami tergiur untuk menambah pendapatan, tapi sekarang hasilnya jenis ikan berkurang, hanya tersisa jenis ikan yang murah saja. Lebih parahnya daratan kami semakin turun tiap tahunnya" ungkap salah satu masyarakat Tompotana.

Warga lainnya menambahkan, "Selain itu, kami juga diajak memanfaatkan batang pohon mangrove menjadi arang. Harga arang per karung bisa mencapai Rp 100.000 - Rp 150.000 sehingga pada saat itu kami tertarik menjadikannya mata pencaharian sampingan".

Alih fungsi lahan serta aktivitas penebangan untuk kepentingan komersil yang dilakukan masyarakat berimbas pada sektor ekologi bagi habitat biota laut. Berbagai jenis biota laut perlahan menghilang karena karena penebangan pohon mangrove secara besar-besaran. Hal ini tentu saja akan berdampak pula pada perekonomian masyarakat Tompotana yang menjadikan sektor perikanan sebagai ladang pencaharian utama dimana intensitas hasil tangkapan menurun.

Di sisi lain, pembabatan pohon mangrove mengakibatkan daratan Tanakeke terkhususnya Tompotana mulai memperlihatkan tanda-tanda abrasi dan banjir rob yang sering dirasakan masyarakat setempat karena tidak adanya mangrove yang menghalangi dan mengokohkan daratan. Apabila dibiarkan terus menerus Pulau Tanakeke utamanya Tompotana dapat tenggelam.

Oleh karenanya, LKIM-PENA melalui PPK Ormawa yang diusung berusaha mengembalikan hutan mangrove Tanakeke yang pernah jaya pada tahun 1970-an dan mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya hutan mangrove. 
"Penanaman 1.000 mangrove kemarin merupakan langkah awal kami, selanjutnya masih akan ada program yang akan kami bawa ke Tanakeke sebagai upaya menyelamatkan hutan mangrove. Kami sangat optimis akan hal tersebut. Kepedulian kita ini akan sangat berarti kedepannya. Ingat, there is no planet B." Tegas Ketua Umum LKIM-PENA, Wawan Anggara.

Lebih lanjut, Mirwan, Wakil Ketua Umum LKIM-PENA menuturkan, "Kami juga masih sementara mengeratkan komunikasi bersama dinas terkait di Kabupaten Takalar serta lembaga-lembaga peduli lingkungan, seperti Blue Forest sebagai stakeholder kami kedepannya. Semoga langkah ini bisa memudahkan jalan kami untuk menyelamatkan mangrove Tanakeke."
Adapun harapan para pengurus LKIM-PENA terwakilkan oleh penyampaian Sekretaris Umum LKIM-PENA, Muh. Anwar, "Kami pun sangat berharap hutan mangrove Tanakeke bisa selebat hutan mangrove Tongke-tongke yang ada di Sinjai sehingga tidak hanya memberikan kebermanfaatan dari sisi ekologi, tetapi juga dapat menjadi sumber pendapatan baru dalam hal ini ekowisata mangrove."

Iklan Disini

Type and hit Enter to search

Close