Muhammad Saleh, Pemerhati Sosial - Deputi Perindustrian dan Ketenakerjaan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Cinta Lingkungan dan Pencari Keadilan
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk karakter anak. Selain lingkungan rumah dan sekolah, fungsi orang tua menjadi kontribusi terbesar dalam mendidik dan melayani kebutuhan fisik dan psikologi anak.
Menurut psikolog Dr. Rose Mini, M.Psi (Bunda Romi), pola asuh adalah gaya pengasuhan yang diterapkan pada anak dan bersifat konsisten dari waktu ke waktu. Status sosial, ekonomi, dan kebudayaan pun ikut mempengaruhi.
Latarbelakang budaya, sosial ekonomi dan kepercayaan di setiap keluarga menjadi pengaruh yang teramat penting dalam pola asuh anak.
Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ali bin Abi Thalib "didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu". Hadits ini sangatlah relevan sebagai pedoman dalam pola asuh anak di era kekinian saat ini.
Ada beberapa model pola asuh anak saat ini yang diterapkan oleh orang tua, dalam sebuah penelitian secara umum, penelitian tersebut telah mengelompokkan gaya pengasuhan menjadi empat kategori, yaitu otoriter, permisif, demokratif, dan mengabaikan atau cuek. Dari keempat pola asuh ini memiliki dampak positif dan negatifnya.
Dalam Adat istiadat pola asuh yang dilakukan oleh nenek moyang kita secara turun temurun diterapkan adalah Siri' na Pacce dalam perspektif budaya Sulawesi Selatan pada umumnya, suku Makassar dan Bugis pada khususnya adalah sebuah istilah dan keyakinan yang menjadi cerminan identitas, watak dan sebuah karakter. Secara bahasa Siri diartikan rasa malu atau harga diri, sedangkan Pacce yang bermakna pedih, pedas, kokoh, keras dalam sebuah pendirian serta kecerdasan emosional dalam merasakan sebuah kesedihan dan kepedihan serta rasa solidaritas dan empati. Pola asuh ini mengedepankan adab atau etika sopan santun yang dapat mengembangkan dan membangun karakter anak menjadi seseorang yang santun, mandiri, kokoh dalam pendirian serta berjiwa sosial.
Adapun ciri-ciri pola asuh tersebut:
1). Orang tua menanamkan nilai nilai ajaran agama dan adat-istiadat sejak dini, dengan memberikan contoh sopan santun dari segala aspek.
2). Orang tua mendorong anak agar menjadi mandiri, bertanggungjawab di saat bersamaan juga menerapkan sikap solidaritas sosial dan empati serta bersosialisasi di lingkungannya.
3). Orang tua mendahulukan dialog dan memberikan nasehat daripada menghukum ketika si anak melakukan kesalahan.
Meski demikian, kontrol dari orang tua dan kontrol sosial atau lingkungan menjadi elemen penting keberhasilan yang mengadopsi pola asuh ini biasanya anak menjadi tangguh dan bahkan mungkin lebih mandiri daripada anak-anak lain dengan pola asuh lainnya.
Social Footer